Dimulai dengan kisah bayi yang bernama Bilqis yang lahir
dengan empedu yang tidak berkembang secara normal, lalu Prita yang melawan
Rumah Sakit Omni International. Ada People Power yang bermain didalamnya.
People Power sebenarnya sudah lama ada. Dimulai dari tahun
’83 sampe ’86 (anjis, gue baru lahir…J)
di Filipina yang berusaha menggulingkan Ferdinand Marcos dengan metode
Nonviolent Revolution (demonstrasi revolusi tanpa kekerasan). People Power adalah
pengaruh massa secara nyata terhadap naluri kemanusiaan.
Awalnya, People Power bersifat positif. Massa secara sadar
menyatakan dukungan yang nyata terhadap kedua kasus diatas. Sampe gue liat
berita, kalo ga salah SBY yang bilang, Jika dibiarkan, People Power akan
menjadi akibat yang buruk bagi Negara. Awalnya gue berpikir; “Ah, ni orang
takut kali digulingkan dari posisinya sekarang”. Ternyata gue salah. Tapi ga
berarti dia benar. Tetep gue ga mau ngalah J
Sebagai contoh; quartal pertama ini pemerintah sempat melakukan sidang untuk
mencari keputusan akan menaikkan BBM atau tidak. Karena People Power, seluruh
elemen masyarakat menolak untuk menaikkan harga BBM. Harga kebutuhan pokok
sudah terlanjur naik, tapi harga BBM ga jadi naik. Siapa yang diuntungkan?
Pengusaha kotor dan politikus busuk. Kenapa gue bilang gitu?
Karena ada pihak tertentu (clue: pihak asing) yang tidak mau
Indonesia meningkatkan pemanfaatan sumber daya alamnya. Indonesia memiliki SDA
terbesar di dunia. Tenaga anginnya, tenaga panas buminya, tenaga arus dalam
lautnya, apalagi lagi tenaga sinar mataharinya. Kenapa pihak tersebut ga mau
Indonesia menggunakan SDA nya? Karena kalo semua itu berhasil dijalankan di
Indonesia, pengusaha minyak akan merugi besar-besaran. I bet my wallet on it.
Even my wallet is empty. Hahahaha. Tapi beneran deh, Indonesia adalah customer
minyak terbaik saat ini. Pemborosannya dalam penggunaan minyak bumi sangat mengagumkan
parahnya. Pembangkit listrik kita berapa persen sih yang ga make minyak?
Padahal sumber daya manusia kita mampu lho untuk membuat PLTN.
Padahal klo ga subsidi, pemerintah bisa menganggarkan uang
nya ke tempat lain. Infrastruktur misalnya… atau ke pendidikan… atau kemana
saja yang tergolong peningkatan kemakmuran rakyat yang lebih bermanfaat dalam
jangka panjang. Sekali lagi, sudah sewajarnya harga minyak untuk naik. Jangan
dibiasakan dimanja terus menerus dengan subsidi. Kita semua yang rugi klo gini
terus. Pemerintah ga bisa fokus ke hal lain yang lebih penting, rakyat terlena
untuk tidak menggunakan alternatif energi lain.
FYI, India yang telah menggunakan nuklir sebagai pembangkit
listriknya memiliki harga 2 kali lipat pada BBM untuk jenis yang sama. J
Kalo sudah begini, apa People Power masih memiliki makna
revolusi?
No comments: