Sebenarnya agak lucu juga seh gw nulis tema yang satu ini. Rancangan Undang-Undang Keistimewaan (RUUK) untuk daerah Yogyakarta telah disiapkan. Duh, kok gw menafsirkan *halah! mimpi kali ditafsir..hehe* klo hal ini hanya sia-sia saja. Dalam RUUK, dituliskan klo gak salah (sory,gw gak menampilkan link.karena terlalu banyak referensi yang gw buka) kepala pemerintahan di Yogyakarta akan dipilih melalui PEMILUKADA. Seketika itu juga rakyat Jogja menolak.
Gimana ya guys, seperti yang udah gw bilang tadi klo pemilukada hanya sia-sia. Begini, pertama kalo pemilukada tetap dilaksanakan dan Sri Sultan dicalonkan. Sudah ketebak kan siapa yang jadi pemenangnya. Kedua, pemilukada itu tidak butuh dana sedikit. Buanyak banget dan yang pastinya akan menyedot anggaran belanja daerah dan kalau diurut ke atas akan menyedot anggaran belanja negara juga tho. Nah! buat apa pemilukada kalo pemenangnya sudah ketahuan sebelum kampanye (dengan asumsi Sri Sultan dicalonkan)
Di sebuah stasiun televisi, gw lupa waktu itu channel apa yang nayangin. Pokoknya, masyarakat diwawancara mengenai tanggapan soal RUUK Yogyakarta. Banyak masyarakat yang mengatakan "kulo manut Sri Sultan mawon" (saya nurut sama Sri Sultan saja). Bahkan ada yang bilang "sistem monarki itu hanya di dalam keraton, Yogyakarta sendiri demokratis kok". Iya seh, Negara Indonesia negara hukum dengan menjunjung tinggi demokrasi. Tapi selama pemerintahan Sri Sultan dan Paku Alam, Yogyakarta adem ayem, tentram dan damai-damai saja kok. Jangan ganggu lah kesitimewaan Yogyakarta. Yogyakarta terlalu bersejarah untuk diusik. Kita tunggu sajalah gimana perkembangan selanjutnya. Atau jangan-jangan ini hanyalah pengalihan kasus. Klo gw urutkan dari kasus Century (hooaaammm,nguap kan gw..heheh) yang dialihkan ke kasus KPK vs POLRI kemudian dialihkan ke kasus Gayus dan sekarang RUUK Yogyakarta. Paling baru adalah pajak yang akan dikenai ke WARTEG!
Oh! men..! warteg kena pajak, yang kena dan mesti bayar adalah konsumen. Tadinya telor+nasi+sayur+gorengan cuma 5000-6000 setelah kena pajak mungkin bisa jadi 8000-9000. Gw sebagai pecinta masakan dan pelanggan warteg, sedikit menyesalkan. Walaupun kebijakan ini hanya dilakukan di Jakarta, tak menutup kemungkinan daerah di luar Jakarta akan ngikut. Kesederhanaan dan murah meriahnya nasi WARTEG akan menghilang ketika pajak itu diberlakukan. Bisa lu bayangkan,ketika lu selesai makan dan akan membayar pelayan di warteg menghitung lalu memberikan struk yang telah bertuliskan "SUDAH TERMASUK PPN 10%" apa bedanya dengan fast food dan junk food yang ada di mall-mall besar.
gue suka judulnya :)
ReplyDeleteHihihi, emang cuma buang2 duit kalo jadi diadakan PEMILUKADA di jogja. Wong udah ketauan masyarakat pasti milih Sultan & Sltan pasti nyalonin diri
ReplyDeleteKalo ngomongin warteg, toss dulu ah sebagai sesama penggemar warteg. Murah meriah. Tapi yang judulnya bisnis, menurut gw kaga papa juga seh kalo mo dikenain pajak. Asalkan duit pajaknya ga masuk ke kantong pribadi ajah!
gue ga mau ngejelek-jelekin presiden pertama sih. tapi kejadian keraton yogya plus minus sama seperti kejadian kerajaan aceh. terjadi kesalahpahaman (atau lebih ke arah pengkhianatan?) tentang kekuasaan kerajaan tersebut. yogya pernah meminjamkan tanahnya sebagai ibukota sementara untuk indonesia, aceh pernah ngasih pesawat untuk pertahanan nkri. keduanya punya janji masing-masing. karena ga hitam diatas putih, semua jadi berantakan.
ReplyDeletegue ga setuju warteg kena pajak. orang kecil kok malah dibuat tambah susah. banjir tuh urusin! :p
Wah kalau urusan kaya gini ane nyimak sajah brad ...!!!
ReplyDelete@ria: thanks yow..:)
ReplyDelete@zulfadhli: nah itu dia, pemilukada kan butuh duit tuh.klo udah ketahuan siapa pemenangnya buat apa juga pemilukada. Klo mau dikenain pajak,yg penting jelas aliran duit pajaknya.
@raja: setahu gw seh emang begitu Ja..,tp ya itu gak ada hitam di atas putih. betul! banjir tuh urusin,jangan kumis mulu dipanjangin..:p
@Chugy: gak komen neh? yakin gak komen..?? hehehe
@imtikhan: thanks bro!
Tentang Jogya:
ReplyDeleteSaya sependapat dengan anda bahwa kalau ada pemilukada pasti sia2 karena pasti yang terpilih sultan. Lain halnya kalau diberlakukan pula pembatasan masa jabatan 2x max. seperti provinsi lain.
Tentang Warteg:
Saya pernah tanya pemilik beberapa warteg, dan pedagang kaki lima, mereka bilan selama ini sudah dipungut uang retribusi oleh pemda.
Kalau dikenakan pajak lagi mereka terpaksa naikkan harga sehingga pada akhirnya rakyat pembeli yang harus menanggung.
Kalau hasil pajak tidak sirampok orang2 seperti Gayus mungkin protes tidak akan terlalu keras.
kunjungan perdana sobat! :)
ReplyDeletelink & sobat sudah nempel rapi diblog saya.
tempel balik yah ;)
ga pernah ke jogja, baca postinganx jadi pengen nyoba hidup dijogja...
ngapain pemerintah ngusik keistimewaan jogja, urusin tuh kasus gayus yg gak kelar2..
ReplyDelete@multibrand: tuh kan! jauh sebelum pajak diberlakukan mereka udah bayar retribusi. masih tega narik pajak lagi dari rakyat kecil??
ReplyDelete@mon2: salam kenal juga sob..:)
@newbies: setuju..!! merdeka lah merdeka..!! hidup Jogja..hehe
entahlah....
ReplyDeleteko saya jadi tambah eneg dengan gaya kepemimpinan sekarang ini.
Jogja yang ga da masalah malah dipermasalahkan sama SBY.
Kasus-kasus korupsi yang tak kunjung selesai masalahnya, malah dianggapnya bukan masalah
SBY... SBY... SBY...
wong yen saya pikir, justru pilkada di jokja itu mo diadakan biar 'oknum pejabat' terkait bisa dapat peluang 'nilep dana' seperti nilep pajak termasuk pajak dari warteg he he
ReplyDeleteSore brad...numpang nyimak sajah komentar dari rekan2 ni wekwekwewek....
ReplyDeleteyang pasti....saya pengen maen ke Yogya.....belum kesampean ni kawan...hadoooch...
ReplyDeleteTolong jangan diusik kemurah meriahannya warteg..masih banyak orang-orang kaya yang ngemplang pajak..jangan ganggu privellege orang-orang sederhana..:)
ReplyDelete@all: intinya! yang belom maen ke Jogja segeralah..!! jaga2 klo jogja minta referendum terus merdeka,pas maen ke jogja kudu pake paspor..! dan yang belum puas makan di warteg juga disegerakan. sebelum pajak itu membuat warteg tak sederhana seperti nama yang biasa digunakan "WARTEG SEDERHANA" berganti "WARTEG BERPAJAK" *what the hell..!!*
ReplyDelete